Suatu bangsa berkembang pasti tidak terlepas dari Sumber Daya Manusia yang kaya akan ilmu dan pengetahuan. Pemuda adalah jiwa-jiwa penentu masa depan suatu bangsa. Bagaimana tidak, lihat saja ketika Bung Karno, Bung Hatta, dan pahlawan lainnya ketika mereka semua masih muda. Mereka berjiwa nasionalis, kritis, dan peduli terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Ketika kemerdekaan Indonesia telah diraih dan mereka pun sudah wafat, kini beban bangsa Indonesia ada di pemuda-pemudi Indonesia yaitu mempertahankan sekaligus mengisi makna dari arti merdeka itu sendiri.
Itu adalah sekilas cerita mengenai pemuda Indonesia. Kini saya akan menceritakan sebuah cerita mengenai seorang pemuda seorang pengidap NAPZA sekaligus menjadi penyandang HIV/AIDS yaitu Ginan Koesmayadi. Lalu Ginan sadar dan mengajak teman-teman senasibnya membuat sebuah komunitas tempat berkumpul dan rumah aman bagi penyandang NAPZA maupun HIV/AIDS yang dinamakan dengan Rumah Cemara. Rumah Cemara berdiri pada 1 Januari 2003 oleh lima orang pecandu narkoba dalam pemulihan yang percaya bahwa sebuah perubahan dalam masyarakat, harus diawali dari perubahan di dalam komunitas itu sendiri. Ginan memilih pertandingan sepakbola sebagai medium untuk penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba dan juga permasalahan seputar HIV/AIDS. Sepakbola juga menjadi bahasa universal agar masyarakat tak lagi enggan berinteraksi dengan mereka.
Rumah Cemara mengalami perkembangan pesat dengan mulai terbukanya pandangan masyarakat bahwa tidak ada kata diskriminatif terhadap penyandang NAPZA dan HIV/AIDS. Kemudian Dalam dua tahun terakhir, program sepakbola ini telah berhasil menyatukan lebih dari 300 orang dengan HIV/AIDS, pengguna NAPZA, dan masyarakat umum dari berbagai latar belakang di seluruh wilayah Jawa Barat. Sepakbola telah mengantarkan Ginan dan rekan-rekan lain dalam komunitas Rumah Cemar untuk dapat diterima dengan baik dan sama seperti pemain sepakbola semi-pro lainnya. Mereka bertanding sepakbola tanpa mempertanyakan identitas siapa lawannya.
Pada tingkat nasional, Rumah Cemara berhasil meraih juara pertama dalam turnamen sepakbola yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional dua tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2009 dan 2010. Di tingkat global, program sepakbola ini berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi ide internasional bertemakan ‘Changing Lives through Football’ yang diadakan oleh organisasi Ashoka, bekerja sama dengan Nike International. Tahun 2011 ini, mereka kembali diundang dalam Homeless Worldcup di Paris, Perancis. Terlepas dari semua prestasi tersebut, sepakbola telah mengantarkan mereka pada prestasi tertinggi, penerimaan dan kesetaraan tanpa diskriminasi sebagai orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Sepakbola bukan hanya untuk menjaga kesehatan fisik mereka. Melalui pertandingan sepakbola, mereka ingin membuktikan bahwa sportivitas juga untuk dapat menerima mereka dan memberikan kesempatan kedua untuk meraih masa depan baru.
Referensi : http://www.kickandy.com/hope/hope/sinopsis/profilenarsum/read/1853/Rumah-Cemara.html
Itu adalah sekilas cerita mengenai pemuda Indonesia. Kini saya akan menceritakan sebuah cerita mengenai seorang pemuda seorang pengidap NAPZA sekaligus menjadi penyandang HIV/AIDS yaitu Ginan Koesmayadi. Lalu Ginan sadar dan mengajak teman-teman senasibnya membuat sebuah komunitas tempat berkumpul dan rumah aman bagi penyandang NAPZA maupun HIV/AIDS yang dinamakan dengan Rumah Cemara. Rumah Cemara berdiri pada 1 Januari 2003 oleh lima orang pecandu narkoba dalam pemulihan yang percaya bahwa sebuah perubahan dalam masyarakat, harus diawali dari perubahan di dalam komunitas itu sendiri. Ginan memilih pertandingan sepakbola sebagai medium untuk penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba dan juga permasalahan seputar HIV/AIDS. Sepakbola juga menjadi bahasa universal agar masyarakat tak lagi enggan berinteraksi dengan mereka.
Rumah Cemara mengalami perkembangan pesat dengan mulai terbukanya pandangan masyarakat bahwa tidak ada kata diskriminatif terhadap penyandang NAPZA dan HIV/AIDS. Kemudian Dalam dua tahun terakhir, program sepakbola ini telah berhasil menyatukan lebih dari 300 orang dengan HIV/AIDS, pengguna NAPZA, dan masyarakat umum dari berbagai latar belakang di seluruh wilayah Jawa Barat. Sepakbola telah mengantarkan Ginan dan rekan-rekan lain dalam komunitas Rumah Cemar untuk dapat diterima dengan baik dan sama seperti pemain sepakbola semi-pro lainnya. Mereka bertanding sepakbola tanpa mempertanyakan identitas siapa lawannya.
Pada tingkat nasional, Rumah Cemara berhasil meraih juara pertama dalam turnamen sepakbola yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional dua tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2009 dan 2010. Di tingkat global, program sepakbola ini berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi ide internasional bertemakan ‘Changing Lives through Football’ yang diadakan oleh organisasi Ashoka, bekerja sama dengan Nike International. Tahun 2011 ini, mereka kembali diundang dalam Homeless Worldcup di Paris, Perancis. Terlepas dari semua prestasi tersebut, sepakbola telah mengantarkan mereka pada prestasi tertinggi, penerimaan dan kesetaraan tanpa diskriminasi sebagai orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Sepakbola bukan hanya untuk menjaga kesehatan fisik mereka. Melalui pertandingan sepakbola, mereka ingin membuktikan bahwa sportivitas juga untuk dapat menerima mereka dan memberikan kesempatan kedua untuk meraih masa depan baru.
Referensi : http://www.kickandy.com/hope/hope/sinopsis/profilenarsum/read/1853/Rumah-Cemara.html
Komentar
Posting Komentar